Disela waktu senggang, saya dihadiri pelbagai aktiviti yang memerlukan tenaga bukan kepalang sedikit untuk dicurahkan. Namun yang penting, saya gembira melakukannya. Tambahan pula disana senantiasa ada teman-teman yang hendak bekerjasama dan pensyarah yang memberi semangat. Sayang semuanya...
Setiap kali menjayakan aktiviti ini, payung dan hujan adalah perkara lumrah bagi saya. Kadang-kadang saya ditimpa hujan juga kerana terlupa membawa payung.
Ketika ditimpa hujan, saya semakin memahami akan puisi Sapardi Djoko Domono, Tajam Hujanmu. Malah, ada semacam diri ini diantara bait-baitnya...
Setiap kali menjayakan aktiviti ini, payung dan hujan adalah perkara lumrah bagi saya. Kadang-kadang saya ditimpa hujan juga kerana terlupa membawa payung.
Ketika ditimpa hujan, saya semakin memahami akan puisi Sapardi Djoko Domono, Tajam Hujanmu. Malah, ada semacam diri ini diantara bait-baitnya...
TAJAM HUJANMU
tajam hujanmu
ini sudah terlanjur mencintaimu:
payung terbuka yang bergoyang-goyang di tangan kananku,
air yang menetes dari pinggir-pinggir payung itu,
aspal yang gemeletuk di bawah sepatu,
arlogi yang buram berair kacanya,
dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
deras dinginmu
sembilu hujan
Sapardi Djoko Domono
Kumpulan Sajak "Perahu Kertas"
1982
***Photo Credit: esinophile.files.wordpress.com/
3 comments:
Lama saya mencari sajak ini, sajak hujan.Rupanya di sini.
sudah disihir kata oleh sapardi?
hehe
Isma Ae,
saya pun ambil sajak penyair kegemaran saya, sapardi djoko domono
Yana,
K Hani bukan saja disihir malah dimagis, terpukau, terpaku dan ter ter yang lain...haha.
k hani kini semakin mengerti tentang setiap jenis hujan. malah sedang mempelajari erti gugurnya daun pula...
ah...perasaan itu sangat asyik dong!
Post a Comment