Wednesday, January 14, 2009

Puisi Yang Menyentuh


Secara jujur, saya memang tidak arif dalam memilih kata-kata untuk dibentuk menjadi karangan yang disebut puisi. Selama ini jika saya menulis puisi, puisi itu hanya akan kekal dalam buku catatan yang akhirnya berhabuk dalam simpanan. Saya masih ingat ajaran guru-guru puisi yang pernah mengajar saya dalam beberapa kelas formal atau non-formal yang pernah saya ikuti. Nasihat guru-guru alias penyair-penyair ini, puisi adalah pilihan kata-kata terbaik dan bersifat ekonomikal. Oleh kerana, sifatnya yang ekonomikal, perkataan-perkataan yang terlukis dalam sesebuah puisi seharusnya mempunyai semacam roh yang mampu membuat anda seakan dimagis tanpa sedar.

Sememangnya saya 'cemburu' berat pada mereka yang mampu meletakkan saya dalam keindahan dimagis ini. Sebagai contoh, sebuah puisi T Alias Taib (Allahyarham), Pertemuan yang saya mampu ingat dan hafal sejak pertama kali membacanya kira-kira beberapa belas tahun lalu. Kadang-kadang tanpa sedar juga saya mengucapkan puisi itu sendiri-sendiri ketika hati sedang inginkan sesuatu yang indah.

Yang terbaharu, saya sukakan puisi yang dipetik daripada Antologi "100 Puisi Indonesia Terbaik 2008". Bahasanya mudah namun, masih menyentuh diri saya. Saya perturunkan puisinya disini...


Ruang Singgah (Suara Bhisma)
Sitok Sregenge


Sesekali, singgahlah ke ruang sunyi di antara riuh rindu sajakku,
sajak yang menyertaiku dua windu sejak terakhir kali ketatap matamu,

mata yang dihuni gadis pemberang pemberani perentang tali,

tali gendewa gaib--batis cinta dan batas nasib

Singgah, Amba, meski tiada apa.
Hanya sebentang tanah kosong,

tanah yang merengkuh hutan kecil dengan pohon-pohon tua,
pohon-pohon yang menjaga lembah tetap lembab,
selembab pipimu yang menyimpan sungai

Sungai yang berkunjung bersama hujan lalu merantau di musim kemarau,
musim yang membujuk burung-burung seberang bertandang,

burung-burung yang kadang berjingrak di jalan setapak,

jalan yang akan menghantarmu ke ruang sunyi itu


Mungkin kau tak menemukanku di sana,

mungkin aku sedang mencarimu entah di mana

Ingin kutatap sekali lagi manik matamu, kutemu gadis yang dulu,

gadis pemberang pemberani itu, yang kelak menjemputku


2006